Hari ini langit memang tak secerah biasanya.
Mungkin karna dia tau,
bagaimana perasaanku pagi ini.
Ketika mengingat kamu.Iya... Kamu.
Pagi ini tanpa disengaja aku bertemu kamu.
Kamu yang entah
sekarang sedang apa dan dimana...
yang jelas, aku tidak tau kepastiannya.
Tapi aku benar-benar bertemu kamu, dilamunanku.
Abang... Mungkin itu kata yang biasanya aku jadikan sapaan
kepadamu setiap
hari. Kamu, apakabar?
Dengarkanlah aku.. sebentar saja.
Aku tak meminta banyak waktumu, hanya sedikit.
Hanya beberapa menit.
Luangkanlah waktumu untuk membaca ini.
Membaca sajak-sajakku yang
mungkin akan membuatmu sedih,
karna aku tak pandai bersajak.
Bacalah... aku merindukanmu.
Aku tau, kamu tidak benar-benar menjauhiku,
sungguh aku sangat tau.
Ketika kamu mulai menyadari kalau memang harus menjaga jarak.
Iya.. jarak.
Jarak ini bukan untuk menghukumku,
tapi untuk menjaga aku, dari kamu..
bukan?
Sampai tiba saat yang ditentukan.
Iya aku tau.. Bahkan bukan hanya sekedar tau,
aku lebih dari itu, mengertimu.
Disini aku hanyalah manusia dengan sejuta rencana kelak,
bersamamu. Dan
kamu?
Iya.. mungkin kamu akan jadi penolong yang dikirim Tuhan
untuk
mewujudkan rencanaku.
Aku minta maaf...
Jika lagi-lagi, sajak ini membuatmu sedih.. atau malah
membuatmu semakin
ingin menjaga jarak yang semakin jauh?
Terserahlah...
Seperti apa yang sering kamu katakan, kepadaku.
Bahwa kita tidak akan
tau, bagaimana kita, kedepannya.
Tapi, katamu.. tetaplah untuk bermimpi.
Yaa, bermimpi. Semalam, aku memimpikanmu.
Dan paginya ketika aku bangun, aku mulai
mendoakanmu..
agar kau senantiasa baik-baik saja.
Dan ketika hari mulai larut,
aku mulai memberanikan diri untuk menulis ini.
Abang, tetaplah seperti dulu.
Seperti saat pertama aku mulai benar-benar
mengenalmu,
meski kini jarak semakin jauh membentang diantara kita.
Tetaplah tegak dengan kata-katamu,
dahulu... kepadaku.
Karna aku disini, menantimu.