Senin, 27 Oktober 2014

Peluk.

"Tiada yang terobati di dalam peluk ini, tapi rasakan semua.. sebelum kau ku lepas, selamanya."

Teruntuk seseorang yang belum sempat ku rasakan peluk-an-nya.

Terimakasih,
hadirmu yang hanya sementara ini
mampu memberikan berjuta rasa dan juga warna.

Meski kini aku harus merelakan kamu pergi,
untuk memenuhi ke-inginan-mu sendiri..

Dan harus melepaskanmu dengan sepenuh, hati.

"Lepaskanmu, segenap jiwaku. Tanpa harus kau berdusta."

Sayang, dengarlah...
Karna memang kau lah, satu yang ku sayang.

Yang mampu membuat aku merasa nyaman,
meski tak pernah berada dalam peluk-an. :"))))))))

Iya... karna memang tak
benar-benar berada dalam pelukan,
hingga akhirnya aku harus belajar: mengikhlaskan.

"Tiada yang tersembunyi, tak perlu mengingkari... 
inilah kejujuran, namun pedih adanya."

Meski aku harus tersadar.. bahwa aku akan sendirian,
tak seperti dulu. Tak seperti saat hari-hari-ku bersamamu.

Tetapi apalah arti bersama? berdua? namun semu semata?

Dan kini, Ku harap ku dimengerti, walau sekali saja; Peluk-ku.


Selasa, 26 Agustus 2014

Jangan dibaca nanti kamu sedih~

Hari ini langit memang tak secerah biasanya.
Mungkin karna dia tau, bagaimana perasaanku pagi ini.
Ketika mengingat kamu.Iya... Kamu.

Pagi ini tanpa disengaja aku bertemu kamu.
Kamu yang entah sekarang sedang apa dan dimana...
yang jelas, aku tidak tau kepastiannya.

Tapi aku benar-benar bertemu kamu, dilamunanku.

Abang... Mungkin itu kata yang biasanya aku jadikan sapaan 
kepadamu setiap hari. Kamu, apakabar? 

Dengarkanlah aku.. sebentar saja. 
Aku tak meminta banyak waktumu, hanya sedikit. 
Hanya beberapa menit. 

Luangkanlah waktumu untuk membaca ini.
Membaca sajak-sajakku yang mungkin akan membuatmu sedih,
karna aku tak pandai bersajak. 

Bacalah... aku merindukanmu. 

Aku tau, kamu tidak benar-benar menjauhiku,
sungguh aku sangat tau. 

Ketika kamu mulai menyadari kalau memang harus menjaga jarak.
Iya.. jarak. Jarak ini bukan untuk menghukumku,
tapi untuk menjaga aku, dari kamu.. bukan? 
Sampai tiba saat yang ditentukan. 

Iya aku tau.. Bahkan bukan hanya sekedar tau,
aku lebih dari itu, mengertimu.

Disini aku hanyalah manusia dengan sejuta rencana kelak,
bersamamu. Dan kamu?
Iya.. mungkin kamu akan jadi penolong yang dikirim Tuhan
untuk mewujudkan rencanaku.

Aku minta maaf... 
Jika lagi-lagi, sajak ini membuatmu sedih.. atau malah
membuatmu semakin ingin menjaga jarak yang semakin jauh? 

Terserahlah... 

Seperti apa yang sering kamu katakan, kepadaku. 
Bahwa kita tidak akan tau, bagaimana kita, kedepannya. 
Tapi, katamu.. tetaplah untuk bermimpi. 

Yaa, bermimpi. Semalam, aku memimpikanmu.
Dan paginya ketika aku bangun, aku mulai mendoakanmu.. 
agar kau senantiasa baik-baik saja. 

Dan ketika hari mulai larut, 
aku mulai memberanikan diri untuk menulis ini. 

Abang, tetaplah seperti dulu. 
Seperti saat pertama aku mulai benar-benar mengenalmu, 
meski kini jarak semakin jauh membentang diantara kita. 

Tetaplah tegak dengan kata-katamu, 
dahulu... kepadaku. 
Karna aku disini, menantimu.