Hari ini, aku mulai melangkahkan hatiku di batas waktu
jejaring sosialmu.
Sempat merasa aneh. Saat aku mulai membaca kata demi kata
yang tercipta dari jemarimu dan aku saangat tau bahwa itu bukan; untuk(ku).
Masih teringgat dengan jelas, gambaran hati berwana pucat
kelabu semakin pekat karna cemburu. Bukankah ini konyol? Karna kamu, bukan
milik(ku).
Lelaki tinggi dengan kulit gelap, namun tak tentandingi
dengan pelukanmu yang hangat. Bukannya aku tak mau mengakui, ataupun aku
menghindari emansipasi.
Sayang, katanya kamu sayang. Tapi kenapa kamu tak pernah
mengungkapkan? Maaf. Bukannya aku menantang, tapi hanya ingin menghilangkan
sekat ketidak pastian.
Bukan karna aku yang selalu mencari alasan, ataupun aku
membawa-bawa perbedaan. Tapi sayang, ini sungguh kenyataan. Hati ini akan sulit
diperjuangkan.
Jangan buru-buru pergi, kenali aku lebih dalam lagi. Bantu
aku merapikan semua ini, menata hati yang tak kujung rapi. Dan sembuhkanlah
luka ini.
Tidak
bermaksud untuk menjauhimu, hanya ingin tau apakah aku cuma satu.