Rabu, 11 Juli 2018

Waktu Aku sama Riski

Kurang lebih satu tahun lalu, tepatnya tanggal 29 July 2017.

Aku dan calon suamiku bertunangan pada hari itu.
Dengan proses yg begitu cepat menurut semua orang yg mengenalku. Begitu juga denganku.
Kurang dari dua bulan, aku memutuskan untuk menjadi tuangannya. 
Bahkan hari ini, ketika aku sedang menulis postingan ini, aku sedang sibuk menyiapkan pernikahanku bersamanya, kurang lebih tiga bulan lagi. Serba cepat bukan?

Riski Pratama Irdiansyah namanya, panggil saja Riski.

Aku mengenalnya, sekitar akhir bulan January 2017. Pertama kali bertemu dengan Riski disebuah caffe di kotaku, di sebuah komunitas kreatif tentunya. Tanpa ada rasa tertarik terhadapnya.

Sore itu, kotaku gerimis. Manis sekali. Seperti perasaanku saat ini.

Duduk bersama seppuluh orang laki-laki yg salah satunya adalah Riski, dan tiga perempuan termasuk aku. Kami saling berkenalan, satu sama lain. Waktu itu, ada yg mencuri perhatianku. Tapi bukan Riski. Jadi, tidak perlu dibahas ya disini?

Sejak hari pertama kita bertemu, Riski selalu saja berusaha untuk mencuri perhatianku.
Mulai dari mengirim pesan singkat tak bermutu, hingga komentar di sosial media yg kerap aku abaikan. Setiap hari tanpa berhenti. (Berhenti sih, ga tiap hari juga).

Mungkin, saat itu aku memang tidak tertarik. Karena memang tidak menarik.

Foto pertama saya bareng Riski. Riski yg pakai poni.
Tapi yg namanya jodoh tidak ada yg tau, termasuk aku. Dududu.

Btw, langsung aja kali ya ke cerita selanjutnya. Setelah usaha Riski yg begitu keras meskipun hanya bermodalkan dusta (modus) dikala itu. Entah kenapa aku terbujuk dan terayu.

Dari bulan January, setelah satu bulan berlalu tepat di hari Sabtu, 18 February 2017 aku mengiyakan rayuan itu. Mau diajak jalan, mau dijemput, bahkan sekarang mau dinikahin! haha.

Riski pas pertama kali, kalau orang-orang bilang harus nembak dulu kalau mau pacaran sepertinya salah. Dia gak pernah tuh bilang kaya begitu. Duh, sedih aku. Gak ditembak sampai sekarang.

Tapi pas itu, aku inget banget. Maret 2017. Apa yg dia katakan, hingga aku mau menemaninya seumur hidupnya, sepanjang usianya, selamanya. (aamiin) 

Masih jelas banget, aku inget:
"Dek, kamu mau gak serius sama Mas? Nemenin Mas? Kalau kamu mau, InsyaAllah minggu depan Mas bakalan bawa orang tua Mas kerumah Ade."
Woaaaaah! Terserah, Mas. Jawabku.

Benar. Aku benar-benar menjawab terserah. Jika memang dia kerumahku, pasti dia sudah mempertimbangkan banyak hal. Termasuk menyerahkan hidupnya kepadaku.

Dan, akhirnya benar terjadi, masih dibulan yg sama. Riski datang kerumah bersama kedua orang tua dan adik kandungnya. Menemui orang tuaku, keluargaku.

Pembahasan seputar "orang dewasa" pun terjadi.

Kemudian, disepakatilah. Kami bertunangan terlebih dahulu sebelum menikah.

Iya, benar. Riski dan aku belum bekerja saat ini.
Aku sedang berusaha untuk selalu percaya, bahwa semua rejeki sudah digariskan. Seperti halnya Riski yg ditakdirkan untuk ku. Aku sudah bekerja lebih dari empat perusahaan, dan kali ini aku memutuskan untu beristirahat terlebih dahulu.

Sedangkan Riski? Belum lulus kuliah, masih semester tujuh.

Tapi aku percaya semua sudah ditakdirkan Allah sedemikian rupa. Seperti pertemuan ini.

Tanggal 29 Juny 2017 aku bertunangan.

Sejak pertama kenal hingga hari ini, aku sangat beruntung, karena tidak pernah dihadapkan dengan masalah yg begitu besar bersama Riski. Aku tau, sungguh ini karena Allah yg menyayangi kami.

Doakan, InsyaAllah tangal 4 November 2018, aku akan menikah. Bersamanya.

Aamiin YRA. Salam sayang, Aviya & Riski.